Kehadiran chip Wimax persembahan anak bangsa yang dipamerkan di Ritech* Expo 2009 dalam rangka Indonesia merdeka 64 tahun awal Agustus lalu di Senayan, memberi harapan besar terwujudnya impian mempersatukan negeri tercinta ini, melalui interkoneksi nirkabel. (*Research, Innovation, Technology.)
Wimax perlu, namun belum cukup. Masih ada sederet karya riset, inovasi, dan teknologi ditunggu untuk mencukupkan chip dalam membangun sebuah sistem utuh, yang menghubungkan sekolah, desa, dan masyarakat menjadi satu kesatuan; school connected, village connected, community connected.
Beruntung, wimax tidak sendirian. Ada kelompok di sudut sana yang sedang melakukan sesuatu. Membuat komputer sendiri! Sebuah perangkat vital yang tidak bisa tidak harus ada. Komputer adalah kunci. Bukan jenis desktop atau laptop atau notebook atau netbook, waduh istilahnya banyak sekali, tetapi sejenisnya, thin client. Apa lagi ini?
Thin client pada dasarnya adalah sebuah komputer juga, tetapi “gundul”. Di dalamnya tidak ada komponen “berat” dan bergerak seperti hard disk, yang lumayan banyak makan tempat dan energi. Thin client berfungsi sebagai terminal, hanya untuk menampilkan dan memasukkan data. Pengolahannya mengandalkan komputer lain (server). Dengan pemilihan daya komputasi server yang tinggi, sejumlah thin client dapat diproses pada saat bersamaan.
Lalu, apanya yang bisa dibanggakan ‘made in Indonesia?’ Membuat layar jelas bukan, membuat pcb motherboard juga bukan. Kita tidak memiliki teknologinya. Casing? Keyboard? Mouse? Sangat mungkin, sekarang belum, menunggu jumlah mencapai skala ekonomis agar sanggup bersaing. Jadi…
Di balik monitor terpasang motherboard CPU yang layout-nya didesain oleh anak Indonesia! Desain rangkaian elektronika CPU biasanya sudah disediakan pembuat chip prosesor. Tinggal layout motherboard. Ini yang dikerjakan. Karena di negeri sendiri belum siap dengan teknologi desain layout motherboard, pekerjaan desain nekat dilakukan langsung di habitatnya sana, Taiwan. Horee, layout motherboard CPU ‘made in Indonesia‘, akhirnya jadi juga!
Tinggal sedikit langkah lagi untuk mencapai school connected, village connected, communtiy connected.
Indonesia bisa! Ada yang bersedia mensponsori kekurangannya?
lebih baik dan lebih terpercaya…..!!!
yang ‘ndak percaya kita-kita juga, gembar-gembor semboyan beli ‘aja dari mancanegara, lebih gaya, ‘ndak tahunya “made in indonesia”! ha.ha.ha..
[…] akses informasi, atau terminal, atau thin client, yang sudah dibahas pada artikel sebelum ini. (1) (2) Bahkan upaya kemandirian untuk yang terakhir, telah dirintis dengan keberhasilan mendesain sendiri […]
Indonesia must be “numero uno”!
sangar and keren pak. .
Hehehe… yang paling tahu masalah Indonesia ya kita sendiri, jadi baru sebeginilah yang bisa kita perbuat. It is a never ending journey.
Begitu, mas Lambang.
wao uda ada chip buatan INdo ,keren hehehehe salam kenal ya Pak ^^
Mas Juliawan, jangan salah, mas juga bisa bikin chip sendiri. Serius. Teknologi kini memungkinkan dan memudahkan kita membuat apa saja di atas chip.
Tertarik?
@callighan dan @kunilkuda, nantikan artikel berikutnya, ya.
@Nusantaraku, kabar baik selalu; benar, dan saya cari balik di blog ‘Nusantaraku’ ‘ndak ketemu nama pengasuhnya… (hehe, siapa ya?)
Oh..ini Pak Rio Seto, Dosen Elektro ITB kan…
Apa kabar pak?
Quote: “Ada yang bersedia mensponsori kekurangannya?”
Emang yang kurang apanya ?
Wah kayaknya Indonesia yang biasa kirim nasi kotak dan amplop melalui nirkabel masih lama deh… transformasi budaya seperrti itu bisa memakan waktu 3 sampai 10 tahun, tergantung infrastruktur.
Tapi dengan adanya milis, blackberry, facebook, twitter, dan sebagainya, paling tidak pola budaya tersebut sudah ada dalam masyarakat perkotaan.
Ngomong-ngomong, spesifikasi motherboardnya apa ya?
Boleh tuh dipasang di komputer saya buat di overclock.
Cadas bung! 😀
Hehe… BundaPreneur lupa waktu dulu masih muda, ya. Tidak afdol ‘kan kalau cuma bilang ‘I love you’ tanpa ‘touchy’? (Ehm, ehm.) Benar Bunda, kita akan kehilangan silaturahmi dalam pertemuan, nanti..ii entah kapan, kalau nasi kotak sudah bisa dikirim via nirkabel… (transfer isi amplop ‘sih jelas, bukan soal). 😀
Keren nie Pak..Indonesia bersatu melalui interkoneksi nirkabel..Pasti bisa..Indonesia punya manusia2 cerdas…Hmmm tapi kalau sdh terkoneksi nirkabel apakah kita akan kehilangan budaya silaturahmi yg touchy yah? Jangan2 rapat RT dari rumah/kantor masing2..:-D